Kamis, 24 April 2008

Sakit

Kalau seorang ibu yang ngomongin sakit,....pasti tentang anak......ya kan?
Buat seorang ibu, anak adalah segalanya. Apapun pasti akan dilakukan untuk kesehatan dan kebahagiaan anak. Itu yang saya alami sejak punya anak.

Sejak Jerry lahir(1996), seluruh perhatianku tumpah-ruah padanya. Semua perkembangannya kami amati, catat dan terima kasih Tuhan anak kami tumbuh dengan sempurna. Tapi tetap aja dengan segala kerepotan karena Jerry begitu sering sakit. Terutama batuk dan radang tenggorokan. Parahnya lagi, setiap kali batuk Jerry selalu memuntahkan makanannya, jadi setiap kali terserang batuk badannya jadi makin kurus aja, padahal dia sudah kurus dari sononya. Jadilah dia langganan dokter anak. Dari dokter yang satu ke dokter yang lain.

Tahun 1998 kami pindah ke Bekasi (sebelumnya kami ngontrak di Kebun Jeruk), dan Jerry tetap dengan rutinitas radang tenggorokannya setiap bulan. Tanya sana tanya sini akhirnya kami cocok dengan dokter Irwanto di RS Mitra Keluarga. Saking seringnya sakit sampai dokter Irwanto pun hafal. Obat yang dikasi itu-itu aja, obat pilek, obat batuk, obat demam & tentunya antibiotik. Dua atau tiga hari pasti sembuh......tapi bulan depan sakit lagi. Begitu terus dari bulan ke bulan. Dan itu berlanjut terus....menurun sama Vincent. Jadi tiap bulan kami ke dokter bawa 2 anak. Kami cuma berpikir; "mungkin karena mereka susah makan, jadi gampang sakit".

Vincent....lebih parah lagi, waktu umur 9 bulan dia pernah terserang batuk yang begitu hebat. Dia bisa batuk terus tanpa berhenti selama 2-3 menit, dan dalam sehari berkali-kali terulang. Duh....ibu mana yang tega melihat seperti itu. Sampai sekarangpun aku selalu berkaca-kaca setiap kali ingat itu. Segala pengobatan kami jalani, apapun kata dokter kami ikuti. Vincent harus menjalani fisioterapi seminggu 2 kali. Punggung dan dadanya disinari masing-masing 1/2 jam, terus dia juga harus menghirup obat lewat alat (ah, aku lupa namanya). Setelah berlangsung beberapa kali dan tanpa hasil, akhirnya kami putuskan untuk rawat inap aja, biar bisa lebih terawasi. Hampir sebulan dirawat di rumah sakit, batuknya hanya berkurang sedikit. Segala macam antibiotik diberi, dosisnya makin besar. Dan hebatnya lagi, tidak ada satu dokterpun yang tahu dia sakit apa....tidak dokter anak, tidak dokter paru, tidak dokter fisioterapi. Segala test dijalani, tapi dokternya selalu bilang belum tahu sakit apa. Oh,....katanya dunia kedokteran sudah demikian maju......tapi tak ada satupun dokter yang tahu penyakit anakku........
Kamipun akhirnya pasrah, kami bawa pulang Vincent masih dengan batuknya, dengan dugaan sementara Pertusis (batuk seratus hari).

Lewat tiga bulan Vincent masih batuk dan masih terus kontrol ke dokter,....kami sudah tidak tahan dengan antibiotiknya, kami minta dokter menghentikan pemberian antibiotik itu. Dan untungnya dokter Irwanto mau, jadi Vincent cuma diberi obat batuk aja. Selain kasihan karena sudah kebanyakan antibiotik, harganya juga luar biasa mahal... 73 ribu untuk 3 hari.....
Setelah hampir 2 bulan stop antibiotik, akhirnya batuk Vincent benar-benar sembuh.
Setelah itu Jerry dan Vincent masih lumayan sering sakit dan saling menularkan.

Tahun 2001, lahir gadis kecilku. Eugenia. Kami panggil Genia.
Diantara 3 anak kami, Genia yang paling tahan banting. Paling jarang sakit. Biarpun diciumin 2 abangnya yang lagi batuk atau pilek, dia nggak ketularan. Padahal dia paling sedikit dapat ASI ( Jerry 8 bulan, Vincent 6 bulan, Genia 4 bulan).

Sampailah pada suatu saat, ketiga anak kami terkena virus "kaki tangan mulut". Wah...setiap hari rumah jadi penuh tangisan. Kaki & tangan anak2 timbul bintik2 yang gatal, dan mulutnya seperti sariawan....penuh di bibir atas & bawah, juga di lidah. Untuk minum aja susah...apalagi makan,......hhhh...penuh perjuangan untuk nyuapin mereka bertiga.
Kalau nggak salah waktu itu diberi salep untuk sariawan dimulut, namanya Kenalog. Salepnya kecil dan harganya lumayan mahal, cuman salep ini juga lumayan sakti. Dioles langsung dibagian mulut yang sariawan, satu atau dua kali oles anak2 sudah bisa makan dengan tenang.

Karena seringnya anak2 sakit, papanya cari-cari informasi tentang flu dan antibiotik. Dan ada satu tulisan yang mengatakan kalau flu sebenarnya nggak perlu diberi antibiotik, cukup istirahat dan asupan makanan yang bergizi dan vitamin.

Dari informasi itu, kami bertekad menghentikan antibiotik untuk anak2. Dua bulan setelah kebulatan tekad itu, menjadi masa2 yang berat buat kami. Anak2 masih sering sakit dan karena nggak diberi antibiotik sakitnya bisa lebih dari 5 hari. Lelah luar biasa......! Tapi kami tetap hanya memberikan obat batuk, pilek atau demam aja, kami juga minta dokter memisahkan resep obat dengan antibiotiknya.

Setelah kira2 dua bulan dengan segala sakit dan rewelnya anak2, kami seperti menemukan hidup yang baru....... anak-anak semakin jarang sakit. Berdekatan dengan teman yang sakitpun mereka tidak mudah tertular. Oh.....indahnya hidup ini.
Meskipun mereka masih termasuk susah makan, mereka selalu sehat & kuat. Dan kalau biasanya jatah biaya pengobatan dari kantor sudah habis sebelum akhir tahun, sekarang jadi berlebih-lebih karena tidak terpakai.

Dan hanya satu kalimat yang selalu terucap setiap menjelang tidur....Terima kasih Tuhan

Jumat, 28 Maret 2008

Musim Hujan

Pagi ini hujan lagi, padahal sudah dua hari nggak hujan.
Papanya anak-anak mulai mengeluhkan musim hujan yang belum berakhir meskipun bulan Maret sudah hampir habis. "Yah.... ntar kalau panas terus, pengennya cepet ada hujan", aku menjawab keluhannya. "Ah, dikota mana ada orang yang suka hujan! Kalau didesa mungkin orang nunggu hujan karena mau bertanam", balasnya lagi. He..he...bener juga kali ya...

Hujan dikota malah bikin banjir, macet, cucian nggak kering. Kalau pakai istilah Cinta Laura.... mana hujan, nggak ada ojek, becek.....(anakku Vincent pasti ketawa kalau dengar kata-kata itu) Tapi buat aku, musim hujan lumayan enak untuk dinikmati. Matahari nggak terlalu terik, udara adem dan nggak berdebu. Jadi nggak bikin item kulit. Asal nggak kehujanan dijalan, musim hujan enak-enak aja buatku. Paling-paling cucian jadi lebih banyak dan lebih lama kering.

Selasa, 18 Maret 2008

Latihan Musik

Dua orang putraku Jerry (11 tahun) dan Vincent (8 tahun) aktif ikut kursus musik. Jerry latihan keyboard, Vincent latihan gitar. Keduanya ikut kursus di Purwacaraka Bekasi Timur.

Persoalan terbesar adalah memotivasi keduanya untuk terus bersemangat berlatih di rumah meningkatkan kemampuannya. Dari kemampuan bermusiknya kelihatan kalau keduanya sebetulnya punya bakat. Vincent bisa memainkan gitarnya walaupun gitar yang dipakainya adalah gitar besar yang untuk orang dewasa. Hanya kadang-kadang karena tangannya belum cukup besar menggenggam leher gitar dia kesulitan menekan dengan baik. Dia dengan cepat sudah bisa membaca not balok dan memainkan ke gitarnya. Jerry juga begitu, dia bisa dengan cepat mengikuti instruksi pelatihnya.

Tapi tentu perlu latihan lebih untuk meningkatkan skill agar bisa cepat menyatukan alat musik dengan rasa. Ketika belum menyatu, bermain musik akan terlihat seperti robot. Mekanis. Selain menyatu dengan rasa, tentu perlu kemampuan melakukan variasi-variasi.

Dalam kesehariannya kelihatannya keduanya jauh lebih terpikat dengan kegiatan bermain. Jerry begitu tergila-gila dengan main futsal sementara Vincent senang bermain kejar-kejaran. Berlatih musik kurang begitu menarik buat mereka. Tapi keduanya tak mau juga ketika ditawarkan berhenti kursus.

Aku terkadang cemburu melihat anak-anak sebaya mereka yang sudah fasih memainkan alat musik. Tampil di TV dll.
Nasihat yang selalu kami sampaikan ke mereka untuk memotivasi adalah :"Jumlah manusia di jagat ini 1 milyar lebih. Sebagian sangat besar adalah manusia-manusia biasa-biasa saja. Kita harus berupaya dan berlatih lebih untuk menjadi orang tidak biasa-biasa saja. Karena dunia hanya mengakui orang-orang spesial".

Aku sering juga mendengar kisah-kisah orang-orang yang pada suatu periode hidupnya, enggan menekuni sesuatu tapi pada perioda lain bisa tergila-gila. Aku tak tau apa yang memicu orang bisa tergila-gila. Aku cuma ingin Anak-anak ku punya sesuatu yang mereka gila-gilai. Sesuatu yan positif tentunya. Karena dengan menggilai maka sesuatu akan dapat dikerjakan ke tingkat tertinggi. Entah itu musik, olah raga, sains, sosial ... apappun. Persoalan terbesar adalah terus-menerus memotivasi pada setiap bidang yang digeluti. Sebagai orang tua .... kami melihat diri sebagai motivator. Tapi seringkali motivator juga butuh motivator lagi.

Tuhan ... kami ingin terus menjadi lebih baik dalam bidang apapun yang kami geluti ... berkati upaya kami.

Jumat, 07 Maret 2008

Gong ..... mulai ....

Mulai hari ini aku akan membuat jejak di dunia maya. Dunia ... paling tidak bisa menemui saya di sini. Melihat ide-ide, kehidupan, pikiran dan kreasi saya di sini.

Hello world

Salam